Setiap 12 Juli adalah hari yang penuh arti bagi gerakan
koperasi di Indonesia. Sebab pada hari itu masyarakat koperasi Indonesia
memperingati hari jadi Koperasi yang lahir pada tanggal 12 Juli 1947 di kota
Tasikmalaya, Jawa Barat.
Tak terkecuali pada tahun 2013 ini, masyarakat gerakan
koperasi Indonesia kembali memperingati hari “keramat” itu. Walau mungkin
peringatannya tidak semeriah pada tahun-tahun sebelumnya karena jatuh pada bulan puasa, tapi masyarakat gerakan
koperasi akan selalu memaknai dan menandai bahwa mereka merasa punya wadah
usaha yang bernama koperasi.
Wacana yang muncul ke permukaan, bahwa koperasi Indonesia
masih jauh tertinggal masih terus bergulir. Padahal kalau dilihat dari usia,
pada usia 68 tahun (1945-2013) semestinya kita sudah punya koperasi yang
berprestasi dan besar. Dalam peta perekonomian nasional kontribusi koperasi
Indonesia dalam produk domestic bruto (PDB) masih kurang dari lima persen.
Sementara untuk tataran dunia, koperasi kita juga masih jauh tertinggal yang
tidak bisa dicatatkan atau dimasukan ke deretan koperasi dunia.
Berdasarkan kreteria yang ditetapkan International
Cooperative Alliance (ICA) untuk masuk ke koperasi dunia minimal harus punya
omset dari US$ 1,25 milyar (sekitar Rp 12 trilyun) hingga US$ 70,70 milyar
(sekitar Rp 67 trilyun). Sedangkan omset koperasi kita yang terbesar baru
mencapai Rp 7,77 trilyun pertahun.
Dalam kondisi demikian, mungkinkah koperasi Indonesia akan
menembus koperasi besar dunia? Memang kata banyak orang, hidup harus punya
mimpi. Sebuah impian berfungsi untuk mewadahi tujuan kehidupan.
Juga ada kata pepatah, “Tidak Ada Kata Terlambat” mungkin
pepatah itu juga bisa diterapkan dalam “menghibur” masyarakat koperasi
Indonesia. Untuk menjadi besar dan masuk koperasi dunia, tentu tidak mengenal
istilah terlambat.
Kita memang harus introspeksi. Buat apa kita punya Kementerian
Koperasi? Buat apa kita punya UU Koperasi yang selalu diperbaiki. Buat apa kita
punya organisasi gerakan Koperasi yang namanya Dewan Koperasi Indonesia
(Dekopin). Terkecuali kita lagi-lagi tejerebab dengan istilah yang terus
populer “itulah Indonesia” sebuah Negara besar, tetapi sulit mencetak prestasi
besar. Yang selalu hidup penuh mimpi atau hidup dalam impian. Termasuk untuk
koperasi.
0 komentar :
Posting Komentar