[Minggu, 26 Juni 2011] Setelah mengunjungi Mesjid Quba, selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke percetakan Al-Quran yang berlokasi di Majma` Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif (King Fahd Complex for
Printing the Holy Qur`an). Jam 13.34 saya tiba di lokasi. Sungguh pengalaman yang luar biasa.
Pusat percetakan Al-Qur’an, Majma` Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif
di Madinah atau lebih dikenal sebagai Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd
dapat menjadi referensi kunjungan Anda di sela-sela menunaikan ibadah
haji atau umroh, untuk berwisata sekaligus menambah keilmuan dan
wawasan Anda tentang sejarah perkembangan Mushaf Al-Qur”an.
Kompleks Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd sudah berdiri sejak tahun 1405H
atau 1984M di atas tanah seluas 250.000 meter persegi (25 ha).
Percetakan ini tidak hanya mencetak al-Qur’an, tetapi juga telah
mencetak beragam jurnal, terutama jurnal-jurnal yang terkait dengan
penelitian dan kajian mengenai kandungan Al-Qur’an.
Perkembangan percetakan al-Qur’an diawali pada masa Khalifah Usman
bin Affan yang membentuk tim untuk menyalin kembali Al-Qur’an
berdasarkan kitab aslinya. Hasil salinannya biasa disebut juga dengan
Mushaf Usman. Hingga saat ini, Al-Qur’an dicetak berdasarkan standar
Usmani dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa termasuk
Bahasa Indonesia.
Kompleks Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd , terletak di jalan menuju Kota
Tabuk, atau sekira 10 kilometer dari Madinah. Percetakan yang
bersebelahan dengan pusat pelatihan tempur tentara Kerajaan Arab Saudi.Di dalam komplek yang sangat luas ini, selain gedung percetakan juga
terdapat sejumlah fasilitas lainnya seperti bangunan kantor utama,
rumah sakit, gudang, kantin, rumah tinggal karyawan, toko maupun masjid.
Model gedung percetakan bentuknya seperti gudang yang di dalamnya
terdapat mesin cetak berukuran besar dalam jumlah banyak, serta mesin
potong kertas. Apabila kita masuk ke lantai dasar, disana akan terlihat
lembaran bakal Al-Qur’an yang sudah dicetak tapi belum dipotong dengan
ketinggian mencapai tiga hingga empat meter. Selain itu, terdapat pula
tumpukan kertas yang merupakan kertas cetakan yang ditemukan ada
tulisan yang salah, walau salah sedikit saja.
Menurut, petugas penerangan yang ada di percetakan, proses pencetakan
Al-Qur`an sejak penyiapan naskahnya ditulis tangan oleh para ulama ahli
Al-Qur`an. Dalam perkembangannya kemudian, percetakan ini juga
melakukan diversifikasi produksi dimana tidak hanya mushaf Al-Quran
saja, melainkan pula kaset Al-Quran serta kepingan CD. Percetakan juga
mencetak Al-Quran terjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia .Selain CD, ada juga model CD untuk ditransfer ke dalam MP3.
Sedikitnya ada 20 edisi mushaf Al-Qur`an dengan ukuran berbeda, jenis
kaligrafi dan riwayahs atau cara baca.Terdiri dari 7 edisi ukuran
besar, enam edisi ukuran normal terbagi dalam 4 riwayahs: Hafs, Warsh,
Al Duri, dan Qalun, dan enam publikasi lain. Kapasitas produksi
percetakan setiap tahun semakin meningkat.
Antri untuk masuk ke dalam percetakan Al-Quran |
Percetakan ini dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 WAS hingga pukul
12.00 WAS kecuali pada hari libur Saudi Arabia, yaitu Jumat dan Sabtu. Jamaah laki-laki bisa langsung masuk ke areal percetakan, sedangkan,
jamaah perempuan hanya boleh masuk ke showroom yang menjual Al-Quran
dalam berbagai bentuk di bagian depan percetakan. Di showroom
dipamerkan beberapa jenis Al-Qur`an produksi percetakan tersebut,
antara lain edisi lux seharga 200 riyal. Apabila kita membeli Al-Quran
di showroom ini baik sebagai hadiah atau dibawa pulang serta untuk
diwakafkan di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, maka hargnya akan lebih
murah dibanding di toko biasa di sekitar masjid dengan selisih harga
sekitar 3 hingga 10 rial per jenisnya.
Lihat deh, padahal dilarang mengambil gambar ya, orang Arab sendiri pada berfoto ria. |
Masuk ke area dalam percetakan dilarang untuk memotret. Tapi ketika
dalam salah satu kunjungan saya “nekat” mencoba mengambil gambar tanpa
blitz, ternyata saya tidak dilarang. Dalam artikel ini, ada beberapa
foto dalam area percetakan tersebut akibat “kenekatan” saya tersebut.
Ternyata jika pengunjung memotret memakai blitz, hal itu akan
mengganggu proses pencetakan, sehingga untuk amannya para pengunjung
dilarang untuk memotret.
Setiap pengunjung di beri sebuah mushaf secara gratis |
Selesai melihat proses percetakan al-Qur’an tersebut, para pengunjung
akan memperoleh kenang-kenangan sebuah mushaf (kitab) al-Qur’an secara
gratis. Al Qur’an yang dicetak di percetakan Raja Fahd ini dibagikan secara
gratis ke seluruh dunia, di antaranya melalui masjid-masjid. Menurut
keterangan yang disampaikan petugas, perseorangan bisa juga meminta
kitab Al-Qur’an itu secara gratis dengan syarat untuk diwakafkan ke
masjid.
Al-Quran, yang saya beli, saya taruh di rak Masjid Nabawi |
Mereka boleh mengajukan surat permohonan dalam bahasa Arab,
dilengkapi dengan stempel resmi masjid yang akan menerima, dikirim ke
kantor di Masjid Nabawi pintu 18. Percetakan itu sendiri hanya
mencantumkan alamat PO Box 6262 Madinah Al-Munawarrah, Kerajaan Saudi
Arabia. Bila disetujui, pemohon mendapatkan dua dus berisi 50 Al-
Qur’an.
Silahkan Anda coba mengajukan permohonan tersebut untuk Masjid di
lingkungan Anda. Semoga permohanan Anda disetujui pihak Percetakan
al-Qur’an Raja Fahd.
Di belakang saya adalah bukit Tabuk |
0 komentar :
Posting Komentar