Rabu, 10 Mei 2017

Belajar Dari Yahudi

Saat mengantarkan jama'ah umroh, kami menginap di salah satu hotel di Jedah. Suatu ketika saat pagi sesudah breakfast, saya & teman teman crew bersantai di lobby, biasa kami berselancar internet dulu di lobby, karena wifi di lobby hotel paling kenceng signalnya 😄.

Saat itu ada seorang Yahudi meminta dipesankan taxi oleh petugas hotel. Taxi pertama datang si Yahudi menolak. Taxi kedua datang, si Yahudi tetap menolak. Begitupun dengan taxi ketiga, keempat, kelima dan entah sudah berapa taxi yang dia tolak. Hingga taxi terakhir dia baru terima.
Tergelitik rasa ingin tahu (dasar kepo 😀) mumpung saya lihat petugas hotel sedang membantu memasukkan barang barang si Yahudi ke dalam taxi, saya bertanya pada si Yahudi :

"Sir, why did some taxi before you decline but you are willing to accept this taxi?"
 (Pak, mengapa beberapa taxi sebelumnya anda tolak namun anda bersedia menerima taxi ini?)
Si Yahudi senyum dan menjawab:

"I don't know some of the previous taxis belong to whom, which is why I refused. But I know this taxi is a Jewish taxi which is why I accept it." (Saya tidak tahu taxi yang sebelumnya itu milik siapa itulah sebabnya saya menolak. Tapi saya tahu taxi ini adalah milik Yahudi itulah sebabnya saya terima)

Masya Allah..... saya tersentak kaget.... Selama ini kita tidak pernah berpikir, setiap receh yang kita keluarkan, bahkan saat membeli kebutuhan sehari hari saja kita tidak mau pusing untuk tahu dengan pasti uang kita akan mengalir kemana & untuk siapa ?

Untuk hal ini saya rasa si Yahudi itu tidak RASIS. Seperti itulah seharusnya setiap bangsa yang mencintai negerinya, punya loyalitas tinggi pada bangsanya. Bahkan setiap real yang dia keluarkan harus dia yakinkan uang itu mengalir pada bangsanya.

Bagaimana dengan kita ? Kemana saja selama ini anda menghabiskan uang anda ? Kemana & kepada siapa uang anda mengalir ? Bahkan saat bisnis pun, dengan bangga anda menjual produk - produk luar negeri. Anda masih bekerja untuk mereka. Sekarang lihat, siapa pemilik sebagian besar waralaba yang tersebar di tanah air kita ? Produk produk yang dijual produksi mana ? Siapa pemiliknya ?.

Jadi jangan salahkan mereka bila mereka semakin kaya & kita semakin tak berdaya. Ini bukan salah mereka... Ini salah kita !!!! Kita tidak perduli dan kembali menyerahkan diri pada penjajahan ekonomi.

Sepertinya kita perlu belajar dari "Tuan Yahudi" itu....
Ayooo bangun dari tidur.... bangun dari kenyamanan. Segera ciptakan karya nyata...!!! Tanpa tapi, tanpa nanti...!!!

What do you think? Bgm pendapat anda?

0 komentar :

Posting Komentar